![]() |
| Ilustrasi |
Kesehatan anak usia sekolah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa 58 persen anak usia 10-14 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dan konsumsi makanan manis atau gula pada kelompok ini juga tinggi. Kondisi ini berpotensi meningkatkan prevalensi diabetes di masa mendatang.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Kelompok Kerja Penguatan Literasi Sekolah menekankan pentingnya edukasi mengenai 22 topik kesehatan kepada siswa. Topik-topik ini terbagi dalam tujuh kluster utama:
Pendidikan Gizi: Mengenalkan konsep gizi seimbang, pentingnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), asupan vitamin A, dan pemantauan tumbuh kembang secara rutin.
Pendidikan Kesehatan Reproduksi: Memberikan pemahaman tentang pencegahan pelecehan dan kekerasan, serta cara melaporkan kejadian pelecehan seksual.
Pendidikan Kesehatan Jiwa: Mengajarkan pengelolaan emosi, pentingnya konseling kesehatan mental, dan deteksi dini masalah kesehatan jiwa.
Pendidikan Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan: Menekankan pentingnya konsumsi makanan dan minuman higienis, menjaga kebersihan kulit, lingkungan, serta praktik cuci tangan yang benar.
Pendidikan Perilaku Sehat: Mendorong untuk tidak merokok, menghindari konsumsi alkohol, rutin beraktivitas fisik, dan meningkatkan kesadaran akan risiko kecelakaan lalu lintas.
Pendidikan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit: Meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pemahaman tentang penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana: Mempersiapkan siswa untuk tanggap dalam menghadapi bencana melalui edukasi kesiapsiagaan.
Untuk mendukung implementasi literasi kesehatan ini, Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Agama telah menyusun 154 bahan ajar yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Menengah Atas. Bahan ajar ini tersedia dalam bentuk infografik, komik, video, dan permainan interaktif, yang sebagian besar dapat diakses melalui Platform Merdeka Mengajar.
Baca juga: Berita tranding terbaruPentingnya Literasi Kesehatan di Sekolah
Meningkatkan literasi kesehatan di kalangan siswa memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Dengan pemahaman yang baik tentang kesehatan, siswa dapat:
Mengadopsi Gaya Hidup Sehat: Pengetahuan tentang gizi seimbang dan pentingnya aktivitas fisik mendorong siswa untuk memilih makanan sehat dan aktif bergerak, sehingga mengurangi risiko obesitas dan penyakit terkait.
Mencegah Penyakit Menular dan Tidak Menular: Edukasi tentang kebersihan diri, pentingnya imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan rutin membantu dalam pencegahan penyakit menular seperti TBC dan penyakit tidak menular seperti diabetes.
Meningkatkan Kesehatan Mental: Dengan memahami cara mengelola emosi dan pentingnya mencari bantuan saat menghadapi masalah, siswa dapat menjaga kesehatan mental mereka dan mengurangi risiko gangguan jiwa.
Menjadi Agen Perubahan: Siswa yang memiliki literasi kesehatan yang baik dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka, menyebarkan informasi yang benar tentang kesehatan dan mendorong praktik hidup sehat di lingkungan sekitar.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun upaya peningkatan literasi kesehatan di sekolah memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi:
Keterbatasan Sumber Daya: Tidak semua sekolah memiliki akses ke bahan ajar yang memadai atau tenaga pendidik yang terlatih dalam menyampaikan materi kesehatan.
Variasi Kurikulum: Perbedaan kurikulum di berbagai daerah dapat mempengaruhi konsistensi penyampaian materi literasi kesehatan.
Budaya dan Kebiasaan Lokal: Beberapa praktik tradisional atau kepercayaan lokal mungkin bertentangan dengan informasi kesehatan modern, sehingga memerlukan pendekatan yang sensitif dan inklusif.
Strategi untuk Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa strategi dapat diterapkan:
Pelatihan Guru: Menyelenggarakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menyampaikan materi kesehatan secara efektif.
Pengembangan Bahan Ajar yang Inklusif: Membuat bahan ajar yang mempertimbangkan keragaman budaya dan bahasa, serta mudah diakses oleh semua siswa.
Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Bekerja sama dengan organisasi kesehatan, komunitas lokal, dan orang tua untuk mendukung implementasi literasi kesehatan di sekolah.
Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan platform digital untuk menyebarkan informasi kesehatan dan menyediakan sumber belajar yang interaktif bagi siswa.
Meningkatkan literasi kesehatan di sekolah adalah investasi penting untuk masa depan Indonesia. Dengan membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing tinggi. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan komunitas sangat penting untuk memastikan keberhasilan.

















