Showing posts with label Health. Show all posts
Showing posts with label Health. Show all posts

Thursday, February 6, 2025

/

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fwww.baritopost.co.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Fguru.jpg&tbnid=Qg3-1D9c6d9rWM&vet=10CAQQxiAoBGoXChMI4IGDleiuiwMVAAAAAB0AAAAAEAc..i&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.baritopost.co.id%2Fpembelajaran-daring-pengaruhi-etika-dan-moral-peserta-didik%2F&docid=OsfAGShVhgdVjM&w=700&h=393&itg=1&q=Meningkatkan%20Literasi%20Kesehatan%20Anak%20Sekolah%3A%20Kunci%20Masa%20Depan%20Sehat%20dan%20Produktif&ved=0CAQQxiAoBGoXChMI4IGDleiuiwMVAAAAAB0AAAAAEAc
Ilustrasi

Kesehatan anak usia sekolah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa 58 persen anak usia 10-14 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dan konsumsi makanan manis atau gula pada kelompok ini juga tinggi. Kondisi ini berpotensi meningkatkan prevalensi diabetes di masa mendatang.

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Kelompok Kerja Penguatan Literasi Sekolah menekankan pentingnya edukasi mengenai 22 topik kesehatan kepada siswa. Topik-topik ini terbagi dalam tujuh kluster utama:

  1. Pendidikan Gizi: Mengenalkan konsep gizi seimbang, pentingnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), asupan vitamin A, dan pemantauan tumbuh kembang secara rutin.

  2. Pendidikan Kesehatan Reproduksi: Memberikan pemahaman tentang pencegahan pelecehan dan kekerasan, serta cara melaporkan kejadian pelecehan seksual.

  3. Pendidikan Kesehatan Jiwa: Mengajarkan pengelolaan emosi, pentingnya konseling kesehatan mental, dan deteksi dini masalah kesehatan jiwa.

  4. Pendidikan Kebersihan Diri dan Sanitasi Lingkungan: Menekankan pentingnya konsumsi makanan dan minuman higienis, menjaga kebersihan kulit, lingkungan, serta praktik cuci tangan yang benar.

  5. Pendidikan Perilaku Sehat: Mendorong untuk tidak merokok, menghindari konsumsi alkohol, rutin beraktivitas fisik, dan meningkatkan kesadaran akan risiko kecelakaan lalu lintas.

  6. Pendidikan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit: Meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pemahaman tentang penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

  7. Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana: Mempersiapkan siswa untuk tanggap dalam menghadapi bencana melalui edukasi kesiapsiagaan.

Untuk mendukung implementasi literasi kesehatan ini, Kemenkes bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Agama telah menyusun 154 bahan ajar yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Menengah Atas. Bahan ajar ini tersedia dalam bentuk infografik, komik, video, dan permainan interaktif, yang sebagian besar dapat diakses melalui Platform Merdeka Mengajar.

Baca juga: Berita tranding terbaru

Pentingnya Literasi Kesehatan di Sekolah

Meningkatkan literasi kesehatan di kalangan siswa memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Dengan pemahaman yang baik tentang kesehatan, siswa dapat:

  • Mengadopsi Gaya Hidup Sehat: Pengetahuan tentang gizi seimbang dan pentingnya aktivitas fisik mendorong siswa untuk memilih makanan sehat dan aktif bergerak, sehingga mengurangi risiko obesitas dan penyakit terkait.

  • Mencegah Penyakit Menular dan Tidak Menular: Edukasi tentang kebersihan diri, pentingnya imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan rutin membantu dalam pencegahan penyakit menular seperti TBC dan penyakit tidak menular seperti diabetes.

  • Meningkatkan Kesehatan Mental: Dengan memahami cara mengelola emosi dan pentingnya mencari bantuan saat menghadapi masalah, siswa dapat menjaga kesehatan mental mereka dan mengurangi risiko gangguan jiwa.

  • Menjadi Agen Perubahan: Siswa yang memiliki literasi kesehatan yang baik dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka, menyebarkan informasi yang benar tentang kesehatan dan mendorong praktik hidup sehat di lingkungan sekitar.


Tantangan dalam Implementasi

Meskipun upaya peningkatan literasi kesehatan di sekolah memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi:

  • Keterbatasan Sumber Daya: Tidak semua sekolah memiliki akses ke bahan ajar yang memadai atau tenaga pendidik yang terlatih dalam menyampaikan materi kesehatan.

  • Variasi Kurikulum: Perbedaan kurikulum di berbagai daerah dapat mempengaruhi konsistensi penyampaian materi literasi kesehatan.

  • Budaya dan Kebiasaan Lokal: Beberapa praktik tradisional atau kepercayaan lokal mungkin bertentangan dengan informasi kesehatan modern, sehingga memerlukan pendekatan yang sensitif dan inklusif.


Strategi untuk Mengatasi Tantangan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa strategi dapat diterapkan:

  • Pelatihan Guru: Menyelenggarakan pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menyampaikan materi kesehatan secara efektif.

  • Pengembangan Bahan Ajar yang Inklusif: Membuat bahan ajar yang mempertimbangkan keragaman budaya dan bahasa, serta mudah diakses oleh semua siswa.

  • Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Bekerja sama dengan organisasi kesehatan, komunitas lokal, dan orang tua untuk mendukung implementasi literasi kesehatan di sekolah.

  • Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan platform digital untuk menyebarkan informasi kesehatan dan menyediakan sumber belajar yang interaktif bagi siswa.

Meningkatkan literasi kesehatan di sekolah adalah investasi penting untuk masa depan Indonesia. Dengan membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan, kita tidak hanya meningkatkan kualitas hidup mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang produktif dan berdaya saing tinggi. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan komunitas sangat penting untuk memastikan keberhasilan.

Tonton juga disini



Friday, December 6, 2024

/

 

Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Ivan-balvan)

Kasus batu ginjal di kalangan anak muda, terutama remaja perempuan, semakin mengkhawatirkan. Meski belum diketahui penyebab pastinya, tren peningkatan ini membuat para ahli menduga sejumlah faktor pemicu, seperti pola makan tidak sehat, peningkatan penggunaan antibiotik sejak dini, dan perubahan iklim yang berdampak pada dehidrasi. Penting bagi kita untuk mengenali gejala batu ginjal agar dapat mendeteksi dan mencegahnya sejak dini.


Fakta dan Tren Batu Ginjal di Kalangan Remaja

Sebuah penelitian tahun 2016 yang dipimpin oleh Dr. Gregory Tasian, seorang ahli urologi anak dari Rumah Sakit Anak Philadelphia, melibatkan hampir 153 ribu pasien dari berbagai usia di South Carolina. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Society of Nephrology ini menunjukkan bahwa antara tahun 1997 hingga 2012, insiden batu ginjal tahunan meningkat sebesar 16%, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok usia 15-19 tahun.

Penelitian tersebut menemukan bahwa dalam kelompok usia ini, risiko batu ginjal pada anak perempuan dan remaja wanita 52% lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun pada usia 25 tahun ke atas, pria mulai lebih rentan terhadap batu ginjal, risiko penyakit ini meningkat secara signifikan pada masa kanak-kanak baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Bahkan, wanita mengalami peningkatan risiko hingga 45% sepanjang hidup mereka.

Temuan lain juga menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa berkulit hitam cenderung lebih sering mengalami batu ginjal dibandingkan dengan orang berkulit putih. Penelitian serupa di Olmsted County, Minnesota, mengungkapkan bahwa antara tahun 1984 hingga 2008, insiden batu ginjal pada anak usia 12-17 tahun meningkat sebesar 6% per tahun.


Mengapa Batu Ginjal Meningkat di Usia Muda?

Para ahli berspekulasi bahwa kombinasi dari beberapa faktor berikut turut mendorong peningkatan kasus batu ginjal di kalangan anak muda:

  1. Pola Makan Tidak Sehat
    Konsumsi makanan ultra-proses yang tinggi garam, gula, dan bahan tambahan lainnya bisa memicu penumpukan mineral dalam urine.

  2. Penggunaan Antibiotik Sejak Dini
    Penggunaan antibiotik yang berlebihan di masa kanak-kanak berpotensi memengaruhi keseimbangan mikrobioma usus, yang dapat berdampak pada metabolisme tubuh dan kesehatan ginjal.

  3. Perubahan Iklim dan Dehidrasi
    Meningkatnya suhu global menyebabkan tubuh lebih cepat kehilangan cairan, yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Dehidrasi mengurangi volume urine dan memudahkan terbentuknya kristal penyebab batu ginjal.


Gejala Batu Ginjal yang Sering Tak Disadari

Batu ginjal, yang dikenal juga sebagai nefrolitiasis, terjadi ketika mineral seperti kalsium, oksalat, dan fosfor menumpuk di dalam urine dan membentuk kristal keras. Ukurannya bisa bervariasi, mulai dari sekecil butiran pasir hingga sebesar bola golf.

Gejala batu ginjal bisa muncul secara tiba-tiba dan sering kali cukup parah. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:

  1. Nyeri Hebat di Punggung, Perut, atau Selangkangan
    Nyeri ini bisa datang secara tiba-tiba dan berpindah-pindah tergantung lokasi batu ginjal.

  2. Darah dalam Urine
    Urine berwarna merah muda, coklat, atau merah adalah tanda adanya pendarahan di saluran kemih akibat batu yang tajam.

  3. Sering Ingin Buang Air Kecil
    Rasa ingin buang air kecil yang terus-menerus tetapi dengan volume urine yang sedikit.

  4. Urine Keruh atau Berbau Busuk
    Ini bisa menjadi tanda adanya infeksi atau batu yang menghambat aliran urine.

  5. Iritabilitas pada Anak Kecil
    Anak kecil sering menunjukkan tanda-tanda mudah marah, yang mungkin dikarenakan rasa sakit yang tidak dapat mereka ungkapkan dengan jelas.


Deteksi dan Pengobatan Batu Ginjal

Dalam beberapa kasus, batu ginjal dapat keluar melalui saluran kemih tanpa intervensi medis. Namun, batu yang berukuran besar bisa menghambat aliran urine, menyebabkan nyeri hebat, dan memerlukan perawatan khusus.

Untuk mengatasi peningkatan kasus batu ginjal di kalangan anak muda, banyak rumah sakit kini memiliki klinik batu ginjal pediatrik. Di klinik ini, anak-anak bisa mendapatkan perawatan komprehensif dari tim ahli yang terdiri dari urologi, nefrologi, dan ahli gizi untuk mengobati sekaligus mencegah kambuhnya batu ginjal di masa depan.

Selengkapnya disini!


Pencegahan Batu Ginjal di Usia Muda

Untuk mencegah batu ginjal, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Perbanyak Minum Air Putih untuk mencegah dehidrasi.
  • Hindari Konsumsi Makanan Ultra-Proses yang tinggi garam dan gula.
  • Batasi Penggunaan Antibiotik kecuali memang diperlukan.
  • Konsumsi Buah dan Sayuran Segar untuk mendukung kesehatan ginjal.

Dengan mengenali gejala dan faktor risiko batu ginjal, langkah pencegahan bisa diambil lebih dini. Jangan abaikan keluhan nyeri atau perubahan pola buang air kecil, terutama pada anak-anak dan remaja. Kesehatan ginjal perlu dijaga seumur hidup!

Tonton video berikut: Klik disini!






Tuesday, December 3, 2024

/

 

Ilustrasi - rongent paru. (ANTARA/dok)

Skrining kanker paru menjadi langkah penting bagi individu yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini, terutama bagi perokok aktif dan kelompok rentan lainnya. Dr. Sita Laksmi Andarini, dari Divisi Imunologi dan Penyakit Paru Interstisial, Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, menyarankan agar perokok aktif yang telah mencapai usia 40 tahun ke atas segera melakukan skrining untuk mendeteksi kanker paru sejak dini.


Kelompok Rentan yang Wajib Jalani Skrining

Dalam diskusi daring memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru, Dr. Sita menjelaskan bahwa kelompok usia 45 tahun ke atas yang merupakan perokok aktif atau mantan perokok dengan riwayat berhenti kurang dari 10 tahun masuk dalam kategori berisiko tinggi.

Selain itu, beberapa kelompok lain juga disarankan untuk menjalani skrining, seperti:

  • Pekerja tambang dan pekerja berisiko tinggi yang terpapar zat berbahaya seperti asbes atau bahan kimia tertentu.
  • Keluarga dengan riwayat kanker paru, karena faktor genetik dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker ini.

Kenapa Skrining Dini Sangat Penting?

Salah satu masalah utama dalam penanganan kanker paru adalah banyaknya pasien yang baru terdiagnosis pada stadium lanjut, khususnya stadium 4. Pada tahap ini, peluang kesembuhan menurun drastis karena kanker sudah menyebar luas di dalam tubuh.

Menurut Dr. Sita, keterlambatan diagnosis ini disebabkan oleh karakteristik kanker paru yang tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat penyakit sudah mencapai tahap lanjut, seperti:

  • Sesak napas akibat cairan di paru-paru.
  • Batuk kronis berkepanjangan tanpa penyebab jelas.

"Kanker paru tidak memiliki gejala khas seperti penyakit kanker lainnya. Biasanya gejala baru muncul jika sudah ada cairan di paru-paru, yang menandakan bahwa pasien telah mencapai stadium 4," ungkap Dr. Sita.

Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa paru-paru tidak memiliki indra perasa seperti organ lain, sehingga tubuh tidak dapat memberikan sinyal awal saat ada masalah di organ ini.


Data Mengkhawatirkan Tentang Kanker Paru

Kanker paru masih menjadi salah satu jenis kanker dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2021, data menunjukkan ada 183.368 kasus kanker paru di Indonesia, dengan tingkat kematian mencapai 96 persen. Angka ini menunjukkan bahwa hampir semua pasien yang terdiagnosis akhirnya kehilangan nyawa akibat penyakit ini.

Dr. Sita menekankan bahwa rendahnya kesadaran untuk melakukan skrining sejak dini menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kematian ini. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat, terutama kelompok risiko tinggi, untuk tidak menunda pemeriksaan.


Langkah Skrining untuk Deteksi Dini

Skrining kanker paru dapat dilakukan dengan metode seperti low-dose CT scan (LDCT), yang efektif mendeteksi keberadaan kanker paru pada tahap awal. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan bagi:

  • Perokok aktif dengan usia di atas 40 tahun.
  • Mantan perokok dengan riwayat berhenti kurang dari 10 tahun.
  • Orang yang memiliki riwayat paparan zat berbahaya dalam pekerjaan.


Harapan untuk Masa Depan

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya skrining kanker paru, diharapkan angka keterlambatan diagnosis dapat ditekan. Dr. Sita menambahkan bahwa pencegahan dan deteksi dini adalah kunci utama untuk mengurangi angka kematian akibat kanker paru.

"Jika kita bisa mendeteksi kanker sejak dini, peluang kesembuhan akan jauh lebih besar. Jangan tunggu sampai gejala muncul, karena pada saat itu biasanya sudah terlambat," tutup Dr. Sita.

Detail selengkapnya ada di sini! 

Tonton video berikut: Klik di sini!



Saturday, November 30, 2024

/

 

Ilustration

Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Gangguan pencernaan ini ditandai dengan buang air besar yang lebih sering, encer, atau berair, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan berbagai komplikasi, terutama pada anak-anak. Salah satu penyebab utama diare yang sering terjadi pada anak adalah infeksi rotavirus.


Apa itu Rotavirus?

Rotavirus adalah virus yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan, yang dapat mengarah pada diare berat, muntah, dan demam. Anak-anak di bawah usia lima tahun sangat rentan terhadap infeksi ini karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang sepenuhnya, sehingga mereka lebih mudah terinfeksi dan mengalami gejala yang lebih parah.

Rotavirus adalah penyebab utama diare berat pada anak-anak di seluruh dunia. Hampir setiap anak di bawah usia lima tahun akan mengalami infeksi rotavirus, baik dengan gejala ringan maupun berat. Di banyak negara, termasuk Indonesia, infeksi rotavirus menjadi salah satu penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak-anak akibat diare.


Imunisasi Rotavirus: Solusi Pencegahan Utama

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksinasi rotavirus sebagai langkah pencegahan utama terhadap diare yang disebabkan oleh virus ini. Di Indonesia, program imunisasi rotavirus mulai diterapkan pada tahun 2022 di beberapa wilayah dan diharapkan dapat dilaksanakan secara nasional pada 2024.

Vaksin rotavirus sangat penting dalam mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare berat pada anak-anak. Ada dua jenis vaksin rotavirus yang umum diberikan, yaitu vaksin monovalen dan vaksin pentavalen.


Jenis-Jenis Vaksin Rotavirus

  1. Vaksin Monovalen
    Vaksin ini diberikan dalam dua dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 6–12 minggu, dan dosis kedua diberikan minimal empat minggu setelah dosis pertama dan maksimal sebelum anak berusia 24 minggu. Vaksin monovalen hanya melindungi terhadap satu jenis rotavirus.

  2. Vaksin Pentavalen
    Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 6–12 minggu, dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4–10 minggu, dan dosis terakhir diberikan sebelum anak mencapai usia 32 minggu. Vaksin pentavalen melindungi terhadap lima jenis rotavirus yang berbeda.

Pemberian vaksin rotavirus dilakukan secara oral (diminum) dan hanya diberikan kepada anak yang dalam kondisi sehat.


Manfaat Vaksinasi Rotavirus

Imunisasi rotavirus memiliki berbagai manfaat yang sangat penting bagi kesehatan anak-anak dan keluarga, di antaranya:

  1. Mencegah Penularan Diare Akibat Rotavirus
    Vaksinasi rotavirus dapat mencegah infeksi virus yang menjadi penyebab utama diare berat pada anak-anak.

  2. Mengurangi Risiko Infeksi hingga 98%
    Vaksin ini sangat efektif dalam mengurangi risiko infeksi rotavirus pada anak-anak, sehingga dapat mencegah mereka dari gejala yang lebih parah.

  3. Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga
    Dengan mencegah diare berat, vaksin rotavirus dapat mengurangi biaya perawatan medis, sehingga membantu meringankan beban ekonomi keluarga yang biasanya harus mengeluarkan biaya besar untuk pengobatan.

  4. Menjaga Produktivitas Kerja Orang Tua
    Anak-anak yang sehat karena vaksinasi berarti orang tua tidak perlu mengambil cuti panjang dari pekerjaan untuk merawat anak yang sakit, sehingga membantu menjaga produktivitas kerja.

  5. Mengurangi Risiko Komplikasi Diare
    Vaksin ini juga dapat mengurangi risiko komplikasi serius akibat diare berat, seperti dehidrasi parah, yang dapat mengancam nyawa anak-anak.



Program Imunisasi Rotavirus: Kolaborasi Penting Antara Pemerintah dan Masyarakat

Vaksinasi rotavirus dapat dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan klinik kesehatan lainnya. Namun, kesuksesan program imunisasi rotavirus tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga memerlukan keterlibatan aktif masyarakat.

Masyarakat dapat berkontribusi dalam menyukseskan program ini dengan cara-cara berikut:

  1. Menyebarluaskan Informasi Tentang Pentingnya Vaksinasi
    Menyebarkan informasi yang benar tentang manfaat vaksinasi rotavirus sangat penting agar lebih banyak orang tua yang menyadari pentingnya memberikan vaksin ini kepada anak-anak mereka.

  2. Memberikan Contoh dengan Melengkapi Imunisasi Anak
    Orang tua yang sudah melengkapi imunisasi anaknya dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekitar untuk mengikuti langkah yang sama.

  3. Menjaga Kebersihan Lingkungan dan Makanan
    Kebersihan lingkungan dan makanan adalah salah satu cara penting untuk mencegah penyebaran penyakit, termasuk diare. Masyarakat harus membiasakan mencuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet untuk mencegah penularan penyakit.


Mewujudkan Generasi Sehat Tanpa Ancaman Diare Berat

Kolaborasi yang erat antara pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan masyarakat umum sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare. Dengan adanya imunisasi rotavirus, diharapkan Indonesia dapat melangkah menuju generasi yang lebih sehat, bebas dari ancaman diare berat, dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak di masa depan.

Watch the following video: Click here!



Friday, November 29, 2024

/

 

Ilustrasi


Sabtu (30/11/2024), Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Tamrin Dahlan, membuka rangkaian kegiatan Peringatan Hari AIDS Sedunia di Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Dengan tema "Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa," acara ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap HIV/AIDS sekaligus mendorong langkah bersama menuju target mengakhiri HIV pada tahun 2030.


Ragam Kegiatan Membangkitkan Semangat Bersama

Peringatan ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan menarik seperti tarian zapin khas Melayu, talkshow edukatif, hingga pencabutan doorprize yang melibatkan antusiasme peserta.

Dalam sambutannya, Tamrin Dahlan menekankan pentingnya menempatkan hak-hak Orang dengan HIV (OdHiv) sebagai prioritas dalam segala upaya pencegahan dan penanggulangan HIV.

"Tema ini mengingatkan kita untuk memastikan bahwa setiap individu, termasuk OdHiv, memiliki akses yang sama terhadap hak hidup sehat, bebas dari stigma, diskriminasi, dan hambatan dalam memperoleh layanan kesehatan," ungkap Tamrin.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menghayati slogan global Hari AIDS Sedunia 2024, "Take the Right Path," sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehat dan bermartabat.


Statistik Kasus dan Tantangan HIV/AIDS

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Tanjungpinang, Rustam, menyampaikan bahwa HIV/AIDS masih menjadi tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat. Pada 2023, terdapat 130 kasus HIV yang terdeteksi dari 14.678 orang yang diskrining. Dari jumlah itu, tercatat 60 kasus AIDS dan 13 kematian.

Hingga Oktober 2024, Rustam menginformasikan adanya penurunan jumlah kasus, yakni 98 kasus HIV dari 12.426 orang yang diskrining, dengan 21 kasus AIDS dan 18 kematian. Meski menurun, tantangan dalam menekan angka penularan dan kematian masih signifikan.

“Tingginya angka kasus ini sebagian besar disebabkan oleh faktor perilaku dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, peningkatan program pelayanan kesehatan di Puskesmas maupun rumah sakit menjadi hal yang sangat mendesak,” ujar Rustam.

Baca juga yang lain


Upaya Inovatif dalam Pencegahan

Rustam juga memaparkan perkembangan metode pencegahan HIV. Selain pendekatan tradisional seperti perubahan perilaku dan penggunaan kondom, kini tersedia pengobatan pra-pajanan (Pre-Exposure Prophylaxis/PrEP) yang dirancang untuk populasi kunci.

“Alternatif pencegahan seperti PrEP menjadi peluang baru yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Namun, keberhasilan program ini tetap memerlukan dukungan masyarakat dan lembaga terkait untuk mengampanyekan hidup positif yang mencegah penularan HIV,” jelasnya.

Rustam menegaskan bahwa layanan kesehatan yang inklusif dan bebas diskriminasi adalah kunci utama dalam penanggulangan HIV.

“Fasilitas kesehatan harus menjadi tempat yang aman bagi semua orang, tanpa memandang status mereka. Namun, realitasnya, diskriminasi masih sering terjadi, bahkan di lingkungan keluarga. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tuturnya.


Edukasi untuk Menghapus Stigma

Selain upaya medis, edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS juga menjadi fokus utama untuk menghilangkan stigma dan kesalahpahaman.

“HIV/AIDS hanya menular melalui cara tertentu, seperti hubungan seksual tanpa pelindung, transfusi darah yang tidak aman, atau penggunaan jarum suntik bersama. Interaksi sosial biasa tidak akan menularkan HIV,” ujar Rustam.

Pemahaman yang benar ini, menurutnya, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi OdHiv.


Baca juga: Ibu Korban Selamat dari Kejaran Remaja Pembunuh di Jaksel, Lolos dengan Memanjat Pagar


Harapan Menuju Akhir HIV pada 2030

Rustam berharap peringatan Hari AIDS Sedunia ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam penanggulangan HIV/AIDS secara menyeluruh.

“Semoga melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat semakin meningkat, dan kita dapat bersama-sama mewujudkan target mengakhiri HIV pada 2030,” tutupnya.

Peringatan Hari AIDS Sedunia di Tanjungpinang menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait sangat penting untuk mengatasi tantangan besar ini. Mari bergandengan tangan demi masa depan yang bebas dari HIV/AIDS!

Tonton video berikut: Klik di sini!




Thursday, November 28, 2024

/

 

Ilustration

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus memperkuat edukasi kesehatan reproduksi di kalangan anak muda sebagai langkah utama untuk menekan prevalensi HIV/AIDS. Upaya ini sejalan dengan target "Three Zero" HIV/AIDS, yaitu mengeliminasi infeksi baru, diskriminasi, dan kematian akibat AIDS, serta mengurangi penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menyoroti peningkatan prevalensi HIV pada remaja dan dewasa muda usia 15-24 tahun di Indonesia dan beberapa negara lainnya di Asia. Data 2023 menunjukkan adanya lonjakan yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2019, terutama di kalangan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL). "Prevalensi HIV pada remaja dan dewasa muda usia 15-24 tahun meningkat di beberapa negara, termasuk Indonesia. Angka prevalensi pada populasi LSL muda di kawasan Asia, termasuk Indonesia, bahkan lebih tinggi dari rata-rata global," ujar Ina dalam pernyataannya yang dikutip dari Antara pada Kamis (28/11/2024).


Data Terkini tentang HIV/AIDS di Indonesia

Menurut Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) hingga September 2024, sebanyak 71 persen orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia telah mengetahui statusnya. Namun, hanya 64 persen yang mendapatkan terapi antiretroviral (ARV), dan dari jumlah tersebut, hanya 48 persen yang berhasil mencapai tingkat supresi virus (viral load yang terdeteksi dan ditekan).

Untuk mencapai target "Three Zero" pada tahun 2030, Ina menyatakan bahwa diperlukan langkah besar dengan menetapkan sasaran berikut:

  • 95 persen ODHIV terdiagnosis
  • 95 persen ODHIV menjalani terapi ARV seumur hidup
  • 95 persen ODHIV mengalami supresi virus sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV

Ina juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mencapai target ini. Ia menyoroti bahwa peningkatan edukasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja menjadi prioritas, mengingat kelompok ini rentan terhadap penyebaran HIV akibat minimnya pemahaman tentang risiko.


Baca juga: Teks Lengkap Perjanjian Gencatan Senjata 13 Poin Israel-Hizbullah


Pentingnya Pengetahuan HIV/AIDS di Kalangan Muda

HIV Senior Advisor dari Monitoring dan Evaluation USAID Bantu II, Aang Sutrisna, menambahkan bahwa edukasi tentang HIV/AIDS di Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Data sementara dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2024 menunjukkan tren serupa dengan hasil SDKI 2017, di mana pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS, meskipun meningkat, masih jauh dari target.

"Pengetahuan komprehensif tentang HIV meningkat dari tahun 2007 hingga 2017, namun lebih tinggi di kelompok usia 20-24 tahun dan pada perempuan. Proyeksi SDKI 2024 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tetap rendah di kalangan remaja," jelas Aang.

Ia juga memaparkan bahwa pada tahun 2024, diperkirakan terdapat sekitar 40 juta anak muda berusia 15-24 tahun di Indonesia. Meskipun prevalensi hubungan seksual di kalangan remaja usia 15-19 tahun tergolong rendah, yakni di bawah lima persen, angka tersebut tetap signifikan karena ukuran populasi yang sangat besar. 

"Sekitar lima persen dari 40 juta anak muda berarti dua juta anak, dan dari angka tersebut, diperkirakan sekitar 100 ribu anak usia 15-19 tahun mungkin pernah melakukan hubungan seksual," ungkapnya.


Langkah Konkret Menuju Penurunan Prevalensi

Kemenkes berkomitmen untuk memperluas cakupan edukasi, baik melalui program di sekolah maupun komunitas. Pendekatan ini mencakup penyampaian informasi yang mudah dipahami terkait risiko HIV/AIDS, pentingnya penggunaan pengaman, dan akses ke layanan kesehatan reproduksi yang ramah bagi anak muda.

Selain itu, kampanye ini melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, hingga media sosial, untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, diharapkan prevalensi HIV/AIDS di kalangan remaja dan dewasa muda dapat ditekan secara signifikan.


Dukungan Internasional dan Nasional

Pemerintah Indonesia, bersama dengan mitra internasional seperti USAID, terus berupaya menyediakan layanan kesehatan yang inklusif untuk mendukung target global 95-95-95. Dukungan ini mencakup pelatihan tenaga kesehatan, distribusi ARV, dan pengembangan infrastruktur kesehatan untuk memastikan akses layanan yang merata di seluruh pelosok negeri.

Ingin lebih detail? Disini aja!

Edukasi yang intensif dan kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat menjadi langkah besar dalam mengatasi tantangan HIV/AIDS, sekaligus mendukung generasi muda Indonesia untuk hidup lebih sehat dan produktif.

Tonton video berikut ini: Klik di sini!




Monday, November 25, 2024

/

 

Ilustration

Petai adalah salah satu tanaman khas Asia Tenggara yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagai bahan makanan, petai sering digunakan untuk memberikan rasa unik dan aroma khas pada berbagai hidangan tradisional. Meskipun baunya tajam, bagi sebagian orang, aroma petai justru menjadi daya tarik tersendiri.

Tidak hanya lezat, petai juga kaya akan manfaat kesehatan. Polong dan biji petai mengandung senyawa seperti polifenol, fitosterol, dan flavonoid yang merupakan antioksidan. Senyawa ini dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, melancarkan pencernaan, dan mendukung kesehatan tubuh secara umum. Namun, di balik manfaat tersebut, konsumsi petai secara berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan.

Lebih detailnya di sini


Efek Samping Konsumsi Petai Berlebihan

  1. Kerusakan Ginjal
    Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, mengingatkan bahwa konsumsi petai secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal.

"Konsumsi petai setiap hari secara berlebihan dapat memicu kerusakan ginjal. Jika hanya sesekali berlebihan dalam sehari, efeknya biasanya hanya perut kembung atau banyak gas," kata dr. Inggrid.

Beliau menjelaskan, batas aman konsumsi petai untuk orang sehat adalah maksimal tiga sendok makan penuh dalam sehari. Lebih dari itu, risiko efek samping akan meningkat, meskipun jarang ada orang yang sanggup makan petai dalam jumlah besar setiap hari.

  1. Peningkatan Asam Urat
    Petai mengandung purin yang cukup tinggi, sehingga jika dikonsumsi berlebihan, dapat menyebabkan kadar asam urat dalam tubuh meningkat. Oleh karena itu, individu dengan riwayat asam urat tinggi harus lebih berhati-hati.

"Kontrol konsumsi petai bersifat individual. Jika seseorang rentan terhadap peningkatan asam urat, sebaiknya hindari petai atau batasi konsumsi. Namun, bagi yang kadar asam uratnya stabil, sedikit konsumsi masih bisa ditoleransi," tambah dr. Inggrid.

  1. Aroma Urine yang Tidak Sedap
    Efek lain yang sering dirasakan setelah makan petai adalah perubahan aroma urine yang menjadi tidak sedap. Spesialis urologi, dr. Hilman Hadiansyah, SpU, menjelaskan bahwa senyawa dalam petai akan dipecah oleh enzim pencernaan menjadi senyawa kimia seperti methyl mercaptan, yang dikenal memiliki bau busuk.

"Senyawa ini diproses oleh ginjal dan dikeluarkan melalui urine, sehingga menyebabkan aroma urine yang tidak sedap. Kondisi ini normal dan dapat terjadi pada siapa saja, termasuk orang sehat," jelas dr. Hilman.

Selain methyl mercaptan, kandungan asam jengkolat dalam petai juga dapat berdampak buruk pada ginjal jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.


Batasan Aman Konsumsi Petai

Untuk menjaga manfaat petai tanpa menimbulkan risiko kesehatan, dr. Inggrid menyarankan batas aman konsumsi petai bagi orang sehat adalah tiga sendok makan penuh per hari. Namun, batas ini dapat berbeda untuk setiap individu tergantung kondisi kesehatan masing-masing.


Baca juga : Jadwal Liga Champions Malam Ini: Manchester City dan Barcelona Berlaga


Meskipun petai memiliki berbagai manfaat kesehatan, konsumsinya tetap harus dibatasi agar tidak menimbulkan efek samping seperti kerusakan ginjal, peningkatan asam urat, atau aroma urine yang tidak sedap. Bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti asam urat tinggi atau gangguan ginjal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi petai.

Dengan konsumsi yang bijak, petai tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat dan memberikan manfaat tanpa menimbulkan masalah kesehatan.

Saksikan video berikut ini: Klik di sini!




Wednesday, February 14, 2024

/

Diabetes, a chronic disorder defined by increased blood sugar levels, is commonly connected with variables such as obesity, poor food, and sedentary lifestyle. There is a widespread misperception, nevertheless, that those who have bad habits or risk factors for diabetes are the only ones who can get the disease. This begs the question, Is diabetes contagious in healthy individuals? Let's investigate this question and explore the intricate connection between diabetes risk, genetics, and health.


Diabetes Illustration

Understanding Diabetes

It's important to recognize type 1 and type 2 diabetes as the two main forms of the disease before answering the current query. Insulin is the hormone that controls blood sugar, and type 1 diabetes is an autoimmune disease where the body's immune system targets and kills insulin-producing cells in the pancreas. This results in insufficient insulin. Conversely, type 2 diabetes usually results from a combination of inadequate insulin production and insulin resistance, which occurs when the body's cells grow resistant to insulin.


The Role of Genetics

Genetics is a major component in the development of type 2 diabetes, even if lifestyle variables like nutrition and exercise also play a big part. Numerous genetic variations have been linked by research to an increased risk of diabetes, even in those who lead healthy lifestyles. These genetic predispositions can alter insulin sensitivity, beta-cell activity, and other physiological variables involved in glucose metabolism.


Unraveling the Myths

Despite what many people think, eating a balanced diet, staying in a healthy weight range, and engaging in physical activity do not protect against diabetes. Even though these lifestyle choices can greatly lower the risk of type 2 diabetes, it is still possible to develop the disease, especially in people who are genetically predisposed to it. Furthermore, type 1 diabetes, which makes up 5–10% of all cases of the disease, is incurable and can strike people of any age or way of life.


Risk Factors Beyond Lifestyle

In otherwise healthy people, diabetes can develop due to a number of additional risk factors in addition to heredity. Maternal diabetes (diabetes that develops during pregnancy), age (risk increases with age), ethnicity (particular ethnic groups are at higher risk), and other medical disorders like polycystic ovarian syndrome (PCOS) or prediabetes are some of these.


Also Read: Political


The Importance of Awareness and Screening

Because diabetes risk is complex, people should always be watchful and proactive about their health, no matter how well they think they are doing. Frequent screenings can assist identify people at elevated risk of diabetes or help diagnose the disease early. These screens can include blood glucose testing and assessments of other risk factors. In order to effectively manage the illness, early discovery enables prompt intervention, lifestyle adjustments, and, if necessary, medical therapy.


Illustration of Diabetes Myths


In conclusion, it is untrue to say that people with diabetes exclusively have health issues. Although genetics, age, ethnicity, and other factors certainly contribute to the intricate interaction of diabetes risk factors, lifestyle factors clearly play a considerable influence in diabetes risk. To lower their risk of diabetes and improve general well-being, people must thus understand the significance of proactive health management, which includes routine screenings and lifestyle changes. Regardless of one's perceived state of health, we can enable people to take charge of their health and reduce their risk of diabetes by dispelling myths and raising awareness.


Watch the following video: Click here!










Thursday, September 21, 2023

/

Ilustrasi Narkoba
Ilustrasi 


Masalah narkoba adalah salah satu isu sosial dan kesehatan yang paling mendalam di seluruh dunia. Artikel ini akan mengulas tentang narkoba, mencakup definisi, dampak, dan upaya penanggulangannya.


1. Apa Itu Narkoba?

Narkoba, atau obat terlarang, adalah zat-zat kimia atau alami yang dapat mengubah pikiran, suasana hati, atau perilaku seseorang. Narkoba sering dikonsumsi untuk efek psikoaktifnya dan dapat sangat merusak kesehatan fisik dan mental penggunanya.


2. Dampak Narkoba

Dampak narkoba sangat merusak individu dan masyarakat secara keseluruhan. Penggunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan, kerusakan otak, gangguan mental, masalah kesehatan fisik, kejahatan, dan pecahnya hubungan sosial.


3. Penyebab dan Motivasi Penggunaan Narkoba

Penggunaan narkoba dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan sosial, ketidakstabilan mental, ketidakpuasan pribadi, dan pengaruh teman sebaya. Memahami penyebabnya penting dalam upaya pencegahan.


Simak video berikut: Klik disini!


4. Upaya Penanggulangan Narkoba

- Pencegahan: Program pencegahan narkoba, termasuk pendidikan tentang risiko narkoba dan pengembangan keterampilan tahan narkoba, dapat membantu mencegah penggunaan narkoba pada tingkat awal.

- Pengobatan: Terapi dan rehabilitasi merupakan bagian penting dari penanganan penggunaan narkoba. Mereka dapat membantu individu keluar dari perangkap ketergantungan.

- Penegakan Hukum: Penindakan hukum terhadap peredaran narkoba ilegal adalah upaya penting dalam membatasi pasokan narkoba.


5. Peran Masyarakat

Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah narkoba. Dukungan keluarga, edukasi, dan promosi gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi permintaan terhadap narkoba.


6. Harapan untuk Masa Depan

Meskipun permasalahan narkoba adalah tantangan yang serius, upaya penanggulangan terus berlanjut di seluruh dunia. Kerja sama internasional dan pendekatan yang holistik diharapkan dapat mengurangi penggunaan narkoba dan mengubah masa depan menjadi lebih baik.


Baca juga: Politik pada abad ke 21



Narkoba adalah masalah serius yang memengaruhi individu dan masyarakat secara luas. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak narkoba, upaya pencegahan, pengobatan, dan penegakan hukum, kita dapat bekerja bersama-sama untuk mengatasi tantangan ini dan membantu mereka yang terpengaruh untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.


Next, kepoin yukk...

Sunday, September 17, 2023

/


Ilustrasi obat herbal
Ilustrasi 

Dalam upaya menjaga kesehatan dan kesejahteraan, banyak orang beralih ke pengobatan alternatif, salah satunya adalah penggunaan obat herbal. Obat herbal, yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti tumbuhan, akar, daun, atau rempah-rempah, telah digunakan sejak zaman kuno untuk merawat berbagai masalah kesehatan. Berikut ini beberapa jenis obat herbal yang populer beserta manfaatnya:


1. Jahe

Jahe adalah obat herbal yang sering digunakan untuk meredakan masalah pencernaan seperti mual dan muntah. Jahe juga memiliki sifat anti-inflamasi dan bisa membantu meredakan nyeri pada kondisi seperti arthritis.


2. Kunyit (Curcumin)

Ilustrasi Kunyit
Ilustrasi 


Kunyit mengandung senyawa bernama kurkumin yang memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi. Ini dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh dan memiliki potensi dalam mencegah penyakit kronis.


3. Sambiloto

Ilustrasi Sambiloto
Ilustrasi 

Sambiloto adalah tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional Indonesia. Daunnya diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan dan dapat membantu mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes.


4. Lavender

Ilustrasi Lavender
Ilustrasi 

Minyak esensial lavender sering digunakan dalam aromaterapi untuk meredakan stres, kecemasan, dan insomnia. Selain itu, lavender juga memiliki sifat antiseptik yang membantu merawat luka ringan.


5. Echinacea

Ilustrasi Echinachea
Ilustrasi 

Echinacea digunakan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meredakan gejala flu dan pilek. Ini adalah obat herbal yang populer pada musim dingin.


6. Aloe Vera

Ilustrasi Aloe Vera
Ilustrasi 

Gel dari daun aloe vera digunakan untuk meredakan luka bakar kulit, iritasi, dan bahkan sebagai bahan dalam produk perawatan kulit. Aloe vera juga membantu melembapkan kulit.


Ada yg menarik...


7. Ginseng

Ilustrasi Ginseng
Ilustrasi 


Ginseng adalah obat herbal yang sering digunakan untuk meningkatkan energi dan vitalitas. Ini juga telah dikaitkan dengan peningkatan kognisi dan sistem kekebalan tubuh.


8. Stevia

Ilustrasi Stevia
Ilustrasi


Daun stevia digunakan sebagai pengganti gula alami. Ini adalah pilihan yang baik bagi mereka yang ingin menghindari gula tambahan dalam makanan dan minuman.

Penting untuk diingat bahwa obat herbal mungkin memiliki efek samping atau interaksi dengan obat lain yang sedang Anda konsumsi. Sebelum memulai penggunaan obat herbal, selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan Anda, terutama jika Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada.


Baca Juga: Radikal sayap kanan


Obat herbal dapat menjadi tambahan yang berharga untuk perawatan kesehatan Anda, tetapi kebijaksanaan dan konsultasi medis adalah kunci untuk menggunakannya dengan aman dan efektif.

Semoga blog ini bermanfaat dan memberikan wawasan tentang berbagai jenis obat herbal serta manfaatnya. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau ingin menambahkan informasi lain, jangan ragu untuk berbicara dengan saya.


Simak video berikut: Klik disini!



Wednesday, December 8, 2021

/

 

Air dingin
Ilustrasi air putih dingin

Air minum sangat penting untuk kesehatan manusia secara konsisten, tetapi suhu yang berbeda akan menentukan nilainya. Mengacu pada gerbang Pelayanan Kesejahteraan, penggunaan air yang disarankan adalah 8 gelas (230 ml) atau jumlah 2 liter setiap hari. Bagaimanapun, bayangkan sebuah skenario di mana kebutuhan itu dipenuhi dengan minum air dingin. Apakah bermanfaat untuk kesejahteraan?

Praktek klinis Ayurveda India menerima bahwa air dingin dapat menyebabkan sifat canggung dalam tubuh dan memutar kembali siklus terkait perut. Ahli Ayurveda menerima bahwa orang yang minum air dingin menyebabkan ketidakrataan dalam tingkat panas internal mereka dan memutar kembali interaksi terkait perut. Tingkat panas internal manusia biasa adalah sekitar 36-37 Celcius.

Jadi ketika individu minum air dingin, tubuh perlu mengkonsumsi energi ekstra untuk membangun kembali suhu biasa. Minum air dingin memiliki berbagai konsekuensi buruk yang mungkin tidak terlihat oleh semua orang. Berikut adalah ikhtisar konsekuensi buruk dari minum air dingin setiap hari, dikutip dari berbagai sumber:


1. Menganggu saluran pernafasan

Sebuah laporan baru-baru ini yang mempengaruhi 15 orang menemukan bahwa minum air dingin setiap hari membuat cairan tubuh di hidung lebih kental. Karena itu, saluran pernapasan manusia terganggu. Dalam ulasan lain, para ilmuwan mengamati bahwa sup ayam dan air panas membantu individu bernafas lebih mudah. Orang yang mencoba mengobati pilek atau influenza, tidak dianjurkan untuk minum air dingin karena dapat memperburuk penyumbatan hidung.

2. Memicu sakit kepala

Ada beberapa penyakit lain yang bisa diperburuk dengan minum air dingin. Sebuah laporan baru-baru ini termasuk 669 wanita menunjukkan bahwa minum air dingin dapat menyebabkan nyeri otak pada individu tertentu. Para ilmuwan mengumumkan bahwa 7,6 persen anggota mengalami nyeri otak setelah minum 150 mililiter air dingin melalui sedotan. Mereka juga mengamati bahwa anggota dengan sakit kepala dinamis cenderung mengalami nyeri otak setelah minum air dingin daripada orang yang tidak pernah sakit kepala.

Simak video berikut: Klik disini!



3. Memperparah akalasia

Seperti yang dilansir dari laporan terbaru, minum air dingin setiap hari dapat menurunkan kondisi penderita akalasia. Akalasia adalah suatu kondisi yang membatasi kemampuan tubuh manusia untuk menelan makanan dari tenggorokan ke perut.

4. Pembekuan lemak

Mengutip Watchman, minum air dingin setelah makan mempengaruhi pemecahan lemak. Air dingin yang dihancurkan membuat tingkat panas internal rendah, membuat lemak yang dipadatkan menjadi sulit untuk diproses. Bahkan dianjurkan untuk berdiri 30 menit untuk minum air putih setelah makan.

5. Terjadinya sembelit

Mengacu pada Gatekeeper, minum air dingin setiap hari dapat menyebabkan penghentian. Saat minum air dingin, makanan di sistem usus tubuh bisa berubah menjadi kuat atau mengeras. Sekitar saat itu saluran pencernaan dapat berkontraksi yang menyebabkan peristiwa utama terhenti.


Dampak positif minum air dingin bagi kesehatan

Terlepas dari berbagai konsekuensi buruk dari minum air dingin, ada kondisi tertentu pada orang yang menunjukkan bahwa minum air dingin dapat memiliki dampak yang besar. Sebuah laporan baru-baru ini meneliti dampak air minum pada suhu yang berbeda pada 6 orang yang mengalami kekeringan setelah berlatih di ruangan yang panas dan lembab. Para ahli menemukan bahwa mengubah suhu air mempengaruhi reaksi keringat para anggota dan jumlah air yang mereka minum. Suhu air yang ideal dalam ulasan adalah air dingin 16 Celcius, karena anggota memiliki pilihan untuk minum lebih banyak dan membuat mereka lebih sedikit berkeringat. Para analis menduga bahwa air minum pada suhu 16 Celcius adalah suhu terbaik untuk rehidrasi di pesaing kering.

Tetap jaga kesehatannya? Minum air dingin boleh tetapi tetap jaga kadar asupanya sahabat. Sehat selalu sahabat.


Powered by Blogger.

Berita populer

Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Prabowo: Kepuasan Publik dan Tantangan ke Depan

  Presiden dan Wakil Presiden Memasuki 100 hari pertama masa kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, berbagai survei menunjukkan tingkat kep...

Search This Blog

Home Ads

Facebook

About



Your source for the lifestyle news. This demo is crafted specifically to exhibit the use of the theme as a lifestyle site. Visit our main page for more demos.

Popular Posts

Popular Posts

BTemplates.com